Saturday 12 October 2013

Review for "Let Go"

Let Go

My rating: 5 of 5 stars

Ini karya Windhy yang kedua aku baca setelah baca sHe.

Aku suka ceritanya. Aku suka gimana tokoh-tokoh dalam cerita ini bener-bener dijelaskan gimana kelebihannya dia dan kekurangannya dia. Aku suka karakter Caraka yang apa adanya, blak-blakan, bodoh dalam sains tapi gak minder, dan bisa mempengaruhi orang lain. Kerennya, ternyata dia suka baca novel dan nonton film yang notabene jarang disukai orang dengan penampilan dia. Di sini, Windhy bener-bener ngajak kita untuk mengubah mindset kita menjadi "don't judge a book by its cover".


Aku rada-rada sirik sama "kesempurnaan" Nadya, yah, di samping sikapnya yang rada-rada bikin keder cowok. Aku gak ngerti kenapa dia bisa pintar, jago olahraga, aktif dalam organisasi sekolah, jadi juara kelas, punya banyak koneksi, kutu buku, jadi ketua kelas, ditambah cantik pula. Bahkan cowok-cowok aja sampai takut sama dia lantaran sikapnya yang agak-agak nyeremin sekaligus kemampuan dia dalam bela diri yang gak boleh diremehin. Buktinya, waktu Caraka "ngegosip" sama temen-temen cowoknya, mereka gak berani nembak Nadya lantaran anaknya yang emang rada nakutin, katanya. Kalo semua cewek di dunia kayak gitu, kayaknya gak akan ada kekerasan terhadap wanita.

Nathan... ya ampun, tanpa kanker otaknya itu, dia bisa menjabat sebagai cowok paling sempurna di sekolah itu, menyandingi Nadya. Mereka sama-sama juara kelas dan sama-sama kutu buku. Nathan itu humoris dan periang, sebelum ibunya meninggal dan sebelum dia tahu kalau dia menderita kanker. Nathan juga jago bela diri dan olahraga. Pokoknya, kalo Nadya sama Nathan disatuin, kayaknya udah jadi pasangan paling sempurna sejagat raya aja lantaran keduanya emang punya karakter yang bisa dibilang sempurna, walau emang gak ada yang sempurna di dunia ini. Mari bilang aja keduanya nyaris sempurna.

Aku ga suka kalo Nathan nyinggung-nyinggung soal "kematian" yang bakal dialaminya. Kenapa harus disinggung? Kita juga tahu semua manusia bakal meninggal, jadi gak perlu disinggung pun semua orang udah tahu. Kalau disinggung, justru menjelaskan kalau dia udah putus asa banget sama hidupnya. Yah, Nathan emang udah putus asa. Hal yang kurasa keren sekaligus aku gak bisa ngerti adalah Nathan yang bisa bersahabat dengan Caraka. Artinya, si kutu buku bersahabat dengan pembuat masalah kelas kakap. Yang arti lainnya, hal itu nyaris gak mungkin terjadi di dunia nyata. Tapi anehnya, Windhy bisa menyajikan hal gak mungkin itu senatural mungkin, seolah-olah hal itu udah wajar terjadi. Padahal kalo di dunia nyata, anak-anak macam Caraka pasti jauh-jauh dari Nathan lantaran sirik atau berusaha keras nge-bully dia. Anehnya, yang ini nggak. Itulah yang aku suka.

Jujur aja, aku kurang suka karakter Sarah yang seolah-olah berkata "aku lemah, aku gak berdaya, aku harus dibantu seseorang atau aku bisa mati" atau semacamnya, deh. Cewek gak selemah itu, kok. Dia sendiri kan, yang bikin puisi itu di Veritas? Aku juga kurang suka sikapnya yang iya-iya aja kalau disuruh melakukan sesuatu yang gak seharusnya dia lakukan. Dia masih bisa menolak, tapi dia gak bisa. Dia takut. Itu, itu yang aku gak suka. Walau gitu, aku seneng sama sikap kecewekannya yang bener-bener keluar. Sayangnya, aku gak suka cara dia dan Caraka "pacaran". Well, mereka emang gak pernah pacaran sebenernya, cuma aku gak suka cara dia yang gak menolak atau memberi penjelasan apa-apa tentang hubungannya sama Caraka yang jelas gak lebih dari sekedar teman. Oke, dia emang suka sama Caraka, tapi itu bukan cara yang tepat untuk menginterpretasikan perasaan dia buat Caraka. Kalo suka, ngomong yang jelas. Kalo gak mau dinyatakan, cukup diam dan gak perlu sebar gosip gak jelas. Kalo ada gosip gak jelas, sangkal dan katakan yang sebenernya. Jangan seneng dengan gosip gak jelas. Yang bener aja, siapa yang suka digosipin? Bahkan artis yang udah sering digosipin pun gak akan pernah terbiasa dengan itu.

Bagian yang aku suka dan kuanggap keren di buku ini adalah ketika Caraka menjawab pertanyaan gurunya tentang isi kitab Negarakertagama. Makasih banget buat Windhy, dengan novel ini aku jadi bisa belajar sejarah. Seandainya aku ada di sana, di kelas Caraka waktu dia memaparkan cerita tentang isi kitab itu, aku pasti bakal langsung jatuh cinta. Hahaha. Emang lebay, tapi bener. Keren aja kalo misalnya orang yang selama ini kita anggap akademiknya kelewat bego ternyata hapal mati isi kitab Negarakertagama yang notabene aku sendiri cuma tau intinya.

Aku nangis waktu baca surat Nathan buat Caraka. Ketika baca itu, seolah-olah aku ini Caraka, seseorang yang ditinggal sahabatnya. Seolah-olah, Nathan itu bener-bener sahabat aku dan ada di hati aku. Nyesek bacanya. Aku jadi iri membaca persahabatan mereka yang kayaknya melebihi persahabatan manapun di dunia.

Intinya, aku cinta buku ini.

Dua jempol buat Let Go!

No comments:

Post a Comment