Sunday 1 September 2013

Review for "Winter in Tokyo"

Winter in Tokyo

My rating: 5 of 5 stars

Aku... gak tau harus bilang apa untuk novel ini. Speechless, hahaha.

Buat tetralogi ini, kurasa aku paling jatuh cinta pada kisah Kazuto dan Keiko yang emang bikin aku gigit-gigit jari saking envy-nya. Hahaha, nggak deh, itu lebay. Intinya, entah kenapa kisah mereka bikin aku... yah, melting gak jelas sendiri.

Yah, harus jujur kalau kisah ini banyak di kalangan novel dan kadang juga cerpen. Amnesia, perasaan bertepuk sebelah tangan, orang yang kita sukai diambil teman sendiri, dan sebagainya, buatku itu cerita yang udah biasa dan gak ada menarik-menariknya sama sekali.

Anehnya, rasanya beda kalau Ilana Tan yang bercerita. Buat saya, Ilana Tan punya "sihir" tersendiri yang membuat pembaca gak bisa bilang nggak untuk baca bukunya lagi dan lagi.


Bahasa yang disajikan buatku mengalir, banget. Deskripsinya memukau, aku paling suka itu, tapi perbandingan antara dialog dan paragraf deskripsinya juga seimbang. Jadi gak terlihat aneh karena terlalu banyak dialog dan gak membosankan karena terlalu banyak deskripsi. Ilana Tan bisa menyesuaikan jumlah kedua hal itu sehingga buat saya, novelnya seimbang.

Aku gak ngerti kenapa ada laki-laki yang bisa semanis Kazuto. Oke, dia mungkin kadang menyebalkan tapi seperti kata Keiko, dia tetangga yang baik. Kazuto (katanya) enak diajak mengobrol mengenai apapun, iya kan? Ketika membaca novel ini, aku jadi berharap-harap supaya Kazuto ada di dunia nyata sampai saya harus sadar bahwa dunia mimpi dan dunia nyata tidak bisa dicampur.

Yah, buatku novel ini ajaib. Saya ikut merasakan apa yang terkadang dirasakan si karakter itu sendiri. Novel ini adalah novel favoritku yang pertama, selain Teenlit.

Intinya, saya suka, cinta malahan, pada novel-novel Ilana Tan.

No comments:

Post a Comment