Saturday 14 September 2013

Bocoran "When The Planet Blows Up": Prolog


PROLOG

Namaku Flavy. Aku tinggal di sebuah kota di sebuah planet. Bukan di Bumi. Mengapa harus Bumi? Kalian pikir aku manusia? Tidak, bukan. Aku bukan manusia. Aku makhluk modra dari Planet Lorra. Aku bernapas bukan dengan oksigen, melainkan dengan helium. Kalian pasti berpikir aku melayang. Tidak, aku tidak melayang. Makhluk yang sejenis denganku juga tidak. Percaya atau tidak, gravitasi di planet kami sangat besar sehingga kami tidak akan bisa terbang dengan helium. Bahkan pesawat seperti di Bumi saja tidak ada. Gravitasi yang besar itu mengharuskan kami tetap di tanah.

Mungkin kalian bingung mengapa aku bisa tahu tentang Bumi. Ya, tentu saja. Walau kami belum bisa menciptakan benda yang dapat melayang di dalam atmosfer, para ilmuwan kami sudah berhasil menciptakan
benda yang dapat keluar dari atmosfer. Dengan benda itu, kami dapat mengelilingi jagat raya. Tentu saja kami tidak keluar dari galaksi, tetapi dengan benda itu kami dapat mengunjungi Bumi.


Saat itu, sekitar satu tahun yang lalu, aku adalah salah satu ilmuwan muda yang ikut mengadakan penelitian ilmiah ke sana. Bumi sangaaaat indah. Benda-benda hijau mengelilingi rumah penduduk. Tidak hanya hijau, ada juga yang coklat, kuning, merah, dan sebagainya. Benda-benda putih juga ada. Benda-benda putih itu mengisi jalanan, rumah, sampai benda-benda hijau itu tertutup oleh si benda putih! Genangan air juga berubah menjadi keras. Bagaimana bisa? Aku juga tidak tahu.

Hal-hal di Bumi itulah yang sedang dipelajari oleh kami, makhluk modra. Kenapa? Karena planet kami sedang menjelang kehancuran. Tentu saja hanya kami, para ilmuwan, yang tahu soal itu. Jika penduduk tahu, maka akan terjadi kegemparan besar. Bisa-bisa mereka keluar dari Lorra dan tidak tahu harus kemana. Bisa juga mereka mencuri roket pemerintah yang harusnya dipakai untuk evakuasi besar-besaran. Maka dari itu, para ilmuwan tidak menyebarkan berita ini kepada siapa pun. Hanya para ilmuwan, pemerintah, dan orang-orang terpercaya dan terpandang di planet ini yang tahu.

Planet kami kecil. Hanya terdiri dari 15 pulau. Di setiap pulau ada 3 kota. Aku tinggal di kota yang merupakan pusat dari Lorra. Kota yang kutinggali adalah kota paling besar di Lorra. Namanya Amahiria. Tetapi, sebesar apapun Amahiria, ukuran Lorra tetap saja kecil. Hanya sebesar Pluto, dilengkapi dengan lapisan-lapisan seperti Bumi. Sayangnya, alam Lorra tidak sebagus Bumi. Kami hanya punya pegunungan, lembah, dan hutan. Nah, inilah yang sulit karena kami sangat membutuhkan sumber daya alam. Dengan jumlah hutan yang sangat sedikit, sulit bagi kami mendapatkan daging dan air berkualitas baik. Akhirnya kami mengandalkan pertanian dan perkebunan. Tetapi itu semua tidak cukup.

Itulah alasan mengapa kami akan pergi ke Bumi lagi bulan depan. Aku dan para ilmuwan muda lainnya akan mempelajari alam dan kependudukan di sana. Kami akan pergi ke satu negara, Indonesia. Tentu saja ilmuwan pimpinan kami, Tiaco, sudah meminta izin pada pemerintah Indonesia untuk melakukan penelitian mengenai keadaan alam Indonesia. Aku adalah salah satu anggota penting untuk penelitian itu. Jadi aku diikutsertakan. Aku sudah pernah pergi ke sana, satu kali, untuk meneliti keadaan lapisan atmosfernya. Kali ini, kami juga akan meneliti makhluk hidup, sumber daya, dan lapisan tanahnya. Aku, sebagai ahli hewan, harus ikut serta.

Tujuh hari lagi aku akan pergi ke Bumi.

No comments:

Post a Comment