Wednesday 20 November 2013

Review for "Paris: Aline"

Paris: Aline

My rating: 4 of 5 stars

Paris? Kalau baca judulnya aja aku bakal mikir cerita ini penuh kisah-kisah romantis yang gak ada duanya di dunia. Pokoknya, kisah yang paling-paling bikin orang iri berat dan gak ada yang bisa nyaingin.

Nyatanya, dari baca sinopsisnya pun aku udah heran dan penasaran. Ini bukan cerita yang romantisnya edan, pikirku. Bayangin, ngajak ketemuan di tempat bekas penjara jam 12 malam? Helloooo, dengan ngebacanya juga aku mikir, cowok macam apa yang berani ngajak cewek ketemuan jam segitu? Lebih parahnya lagi, cowok itu gak datang pada dua perjanjian awal. Udah ngajak ketemuan di tempat seram, malam-malam, gak datang lagi! Aline pasti kesel banget sama Sena waktu itu. Kalau aku jadi Aline, bakal susah banget buatku untuk bersimpati sama Sena. Aline udah ngorbanin waktu dan tenaga dia buat datang ke tempat itu malam-malam, tapi dua kali juga waktu dan tenaga yang udah dia korbankan sia-sia.

Yang bikin aku tambah heran lagi, ternyata Sena suka kuburan! *diam merenung* Mm... bukannya ngelarang, tapi itu bikin aku tambah penasaran dan bikin aku tambah pingin baca ceritanya. Akhirnya ketika sempat, berhasil juga kubeli buku ini. Dan, yah, ternyata kuburan itu gak terlalu sering dikunjungi dan gak terlalu jadi poin penting dalam cerita... tapi gak apa-apa.

Ajaibnya Sena yang dideskripsikan dalam novel bikin aku bertanya-tanya. Adakah manusia dengan penampilan seaneh dan secuek itu? Dan lagi, adakah manusia yang selalu berkomentar pedas tanpa memedulikan pendapat orang lain tentangnya? Tapi aku suka banget sikap Sena yang blak-blakan dan bikin orang merenung. Awalnya emang pasti terasa sakit, tapi lama-kelamaan kita bakal sadar kalau apa yang dia sampaikan gak salah. Kita emang sejelek itu, kita emang seburuk itu, tapi kita punya sesuatu yang gak orang lain punya. Itu yang Sena ingin Aline sadari, bukannya justru ditutup-tutupi.

Ya ampun, segitunya kah patah hati seorang Aline cuma gara-gara seekor ubur-ubur?--ralat, seorang manusia yang dijuluki ubur-ubur. Cowok kayak gitu... beneran deh, ke laut aja. Tapi terserah pengarang, ini cuma... pendapatku (?) Soalnya aku benci cowok-cowok macam begitu.

Kak Ezra kayaknya ganteng, ya? Manis pula (hehehe). Lembut banget, dan penyembunyi perasaan yang baik. Aline aja sampai gak tau kalo Kak Ezra itu sayang sama dia, cinta sama dia. Dia justru sibuk menggalau gara-gara ubur-ubur alias Putra yang kata aku mending dibuang aja ke laut daripada digalauin terus.

Bagian yang so sweet itu waktu Sena akhirnya diperbolehkan keluar buat nganter Aline sekaligus mengunjungi kakaknya, Kak Marabel. Sena dan Aline naik perahu sama-sama... itu lucu banget, kaaan?? Kalo aku yang ada di sana, walau aku lagi sedih sekalipun, pasti pipiku bakal lebih merah daripada kepiting rebus. Soalnya emang manis bangeeeet...

Sekian review gak jelas maksud dan tujuan dariku, empat bintang buat Paris karena klimaks cerita kurang "wah" dan ceritanya kurang nendang. Tapi aku suka dengan karakternya yang gak mainstream, juga ceritanya yang jarang lewat di otak orang lain.

Prisca Primasari keren, deh! (y)

No comments:

Post a Comment