Friday 22 November 2013

Review for "Haru no Tabi"

Haru no Tabi

My rating: 5 of 5 stars

Dari awal liat cover buku ini aku juga udah kepingin baca. Kenapa? Soalnya di depannya ada tulisan "pemenang lomba novel jepang 2013" Saat itu, aku langsung mikir, oh, pemenang lomba novel. Pasti bagus, lah. Sampai akhirnya, aku memutuskan buat baca buku ini.

Baca buku ini sekali gak bikin aku menolak untuk baca lagi, nggak sama sekali. Waktu aku baca buku ini pertama kali, aku menolak buat nutup buku ini sampai aku selesai baca (walau akhirnya aku tetep aja berhenti baca sesekali lantaran aku juga manusia dan punya kebutuhan tersendiri). Aku suka sama isinya. Se-mu-a-nya.

Toshi dan Hisa punya karakter yang bisa dibilang gak umum sama sekali. Mereka nyentrik dengan cara mereka sendiri, mereka unik dengan cara mereka sendiri, mereka charming dengan cara mereka sendiri dan aku suka banget banget banget dengan itu. Ghyna bisa bikin pembaca terbawa dengan suasana dalam novel dan bikin pembaca ngerasa kalau Toshi dan Hisa lagi shooting film tepat di hadapan mereka. Sungguh, aku ngerasa begitu.

Kerennya lagi, emosi aku seolah-olah ikut dengan apa yang mereka rasakan. Hmm... aku sendiri udah agak lupa apa-apa aja yang mereka rasain, tapi yang jelas aku ngerasa kalo mereka bener-bener hidup. Mereka ada dan mereka seperti itu, apa adanya. Hisa tetap periang, kekanakan, dan ceroboh sedangkan Toshi tetap dingin, kelihatan cuek, dan perhatian.

Aku kurang suka dengan bagian awal ceritanya (bagian saat Hisa mabal sekolah demi ngekorin Toshi). Kenapa? Karena buatku, bagian itu kurang membuatku terkesan. Kalau baca bagian lain aku sampai baca hati-hati karena tertarik, buat bagian ini aku justru baca selewat aja, entah kenapa.

Aku cinta kata-kata yang diucapin Toshi ke Hisa waktu mereka ketemu lagi setelah... lima tahun, ya? Toshi jadi dokter supaya bisa melakukan perjalanan lagi sama Hisa dan bisa menjaga Hisa. Itu... so sweeeeeeeeeeeeeeeeeeet <3. Kenapa Toshi manis bangeeet? Kenapa Toshi baru manis saat itu? Kenapa Toshi gak nyadar kalo sejak perjalanan mereka, perasaannya udah milik Hisa? Kenapa? Kenapa? Kenapa dia gengsiii? Kenapaaaa?! #histerisdetected


Penjabaran tempat-tempat di kota-kota itu gak terlalu detail, aku suka. Penjelasan yang terlalu mendalam buatku justru cuma bikin bosen pembaca. Pembaca ingin merasakan perasaan si tokoh, bukan mengilustrasikan tempat-tempat yang si tokoh kunjungi. Okelah, deskripsi tempat emang penting, tapi itu tergantung konteks ceritanya juga. Kalau ceritanya bertema romansa alias hubungan antara dua tokoh utama, perasaan merekalah yang harus difokuskan. Kalau ceritanya bertema misteri atau detektif atau semacamnya, deskripsilah yang harus difokuskan karena cerita seperti itu butuh analisis ruangan. Deskripsi yang terlalu pendek akan menyulitkan pembaca berpikir.

Yang jelas, buku ini recommended banget buat pecinta Jepang dan... gak cuma pecinta Jepang sih, yang bukan pecinta Jepang juga boleh. Buatku, buku ini adalah bacaan wajib buat pecinta novel. Gak akan nyesel baca buku ini! Sama denganku yang ketagihan baca buku ini tetapi terlalu malas untuk memulai. Hihi. 

No comments:

Post a Comment