Monday 30 September 2013

Review for "Remember When"

Remember When

My rating: 5 of 5 stars

Remember When... sebuah cerita ala SMA favoritku yang alurnya gak maksa. Mainstream banget ketika seorang cowok dan cewek pacaran, terus mereka punya sahabat cowok dan cewek yang juga pacaran. Tapi entah kenapa, walau ceritanya mainstream, aku tetap suka. Remember When adalah salah satu novel favoritku yang menurutku gak pantes dibaca sekali.

Aku suka tokoh Freya yang diam-diam tapi menghanyutkan. Aku suka Freya yang low profile, gak menonjolkan diri dan cukup punya pendirian. Aku suka Freya dengan rambut hitam sebahunya yang tak pernah dipotong mengikuti style serta poni panjangnya yang kata Moses seolah menutupi sebagian dirinya. Aku suka tipe cewek seperti Freya yang polos tapi baik hati, dan bisa tegas pada saat tertentu. Tipe cewek pendiam dengan otak cemerlang sepertinya mungkin memang sulit ditemukan pada era sekarang.


Aku suka Moses yang tegas, dewasa, dan berotak cemerlang. Aku gak mengerti kenapa dia bisa suka juga pada Freya yang sama-sama berotak cemerlang, bukannya mencari pasangan lain yang dapat ia lengkapi. Tapi, overall, aku lebih suka Moses dan Freya ketimbang Adrian dan Freya. Moses ini dewasa dan tahu diri. Dia bisa mengendalikan situasi dan tahu kapan harus begini, kapan harus begitu. Sayangnya, dia hanya tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk Freya, yang memang tergolong cewek yang cukup "unik".

Gia, tipe cewek populer yang anehnya, tidak menonjolkan diri seperti kebanyakan cewek-cewek populer dalam cerita novel lain. Kecintaannya pada dunia seni tidak diragukan lagi. Bakatnya dalam dunia seni juga tidak diragukan lagi (ini yang membuatku siriiiiiiiiik setengah mati). Gayanya ditunjukkan dalam cara berpakaiannya yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Freya; jeans belel dengan kaus sederhana. Gia ini jarang memakai sesuatu yang sederhana. Dia cenderung menggunakan sesuatu yang dapat membuat orang-orang mendecak kagum. Kita bisa lihat dari seleranya ketika mendadani Freya; baju yang agak terbuka ditambah skinny jeans, pakaian yang cukup membuat Moses ngamuk seketika.

Adrian, cowok paling... bagaimana menjelaskannya, ya? Manis, manis, manis, tapi lama kelamaan akan terasa pahit. Tidak untuk semua orang, tapi sebagian besar orang. Contoh, dengan santainya dia mengaku kalau dia menyayangi Freya di saat semua orang tahu kalau dia masih menjalin hubungan dengan Gia, pacarnya selama dua tahun di SMA. Gara-gara pengakuannya itu, dia bahkan sampai bermusuhan dengan Moses yang notabene adalah sahabat terbaiknya. Dia juga membuat Gia menangis, menangis, dan menangis gara-gara merasa tersakiti, terutama karena kejadian mereka di Bali yang... bisa dibilang sebuah kerusakan.

Erik, cowok yang awalnya kuanggap aneh, tapi entah kenapa dia bisa bersikap manis juga di depan cewek pujaannya, Gia. Aku menghargai perasaannya pada Gia. Dia benar-benar menyayangi Gia, tulus. Dia rela melepaskan Gia, asal Gia bahagia. Dia tahu dia merasa sakit, tapi dia merelakan Gia. Itu... adalah pengorbanan yang membuatku terharu. Tak kusangka seorang Erik bisa seperti itu.

Aku selalu suka bab pertama novel ini; Hari-hari Pernyataan Cinta. Aku suka usaha Moses membuat cokelat semalam suntuk untuk Freya, yang belum lama dikenalnya. Aku suka kejutan Adrian di dalam lokernya dan Gia; bunga aster dengan surat. Aku suka bagaimana Moses menyatakan perasaannya pada Freya; polos dan to the point. Aku suka membaca kata-kata Adrian dalam surat yang dia berikan pada Gia. Aku suka kejujuran Freya ketika berkata "rasanya hambar, tapi aku tahu kamu buatnya tulus, makanya terasa manis". Kata-kata itu pasti terasa lebih manis di lidah Moses dibandingkan dengan cokelat susu sekalipun. Aku juga suka tantangan Gia pada Adrian untuk menembakkan bola three-point sebanyak sepuluh kali berturut-turut. Aku ikut geli melihat betapa bahagianya Adrian dan Moses begitu perasaan mereka diterima. Aku geli ketika melihat mereka berlari keliling lapangan sebanyak sepuluh kali, sesuatu yang tidak penting, tapi menyenangkan.

Aku hanya tidak suka cara Adrian meninggalkan Gia yang terkesan "seenaknya". Dia sudah melakukan banyak hal dengan Gia, setidaknya berilah suatu bentuk tanggung jawab, entah apa itu. Langsung meninggalkan Gia seperti itu menurutku bukan cara yang baik, tapi aku sendiri tidak tahu cara yang baik itu seperti apa...

No comments:

Post a Comment