Aut Vincere Aut Mori
Identitas
Buku
Judul Buku :
Misteri Organisasi Rahasia The Judges
Pengarang :
Alexandra Xu (Lexie Xu)
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat Terbit :
Jl. Palmerah Barat 29-37 Jakarta 10270
Tahun Terbit :
September 2013
Tebal Buku :
312 halaman
Identitas
Pengarang
Lexie
Xu, penulis kisah-kisah bertema misteri dan thriller.
Seorang Sherlockian, penggemar sutradara J.J. Abrams, dan fanatik dengan angka
47. Novel-novelnya yang sudah terbit adalah Johan
Series yang terdiri dari Obsesi, Pengurus
MOS Harus Mati, Permainan Maut, dan Teror,
serta Omen Series yang baru terdiri
dari Omen, Tujuh Lukisan Horor, dan Misteri
Organisasi Rahasia The Judges.
Sinopsis
Cerita diawali
dengan pertengkaran antara Erika Guruh dan pacarnya, Viktor Yamada atau biasa
dipanggil Vik. Entah apa masalahnya, yang jelas bagi Erika, Viktor sudah
keterlaluan dan menganggap dirinya “perempuan gampangan”. Setibanya di sekolah,
bukannya merasa lebih baik, Erika justru merasa lebih buruk gara-gara hebohnya
Daniel Yusman, anak buah Erika dan katanya adalah lelaki paling tampan di
sekolah, hanya karena undangan dari organisasi dengan nama “The Judges” yang katanya adalah penguasa
sekolah mereka, SMA Harapan Nusantara. Menurut Daniel, organisasi rahasia ini hanya
diketahui oleh kepala sekolah dan para guru SMA Harapan Nusantara. Jadi, setiap
pergantian tahun ajaran baru, anggota-anggota yang lulus akan digantikan oleh
anggota-anggota baru dari murid-murid kelas sepuluh. Kebetulan, Erika dan Daniel
adalah dua orang yang terpilih dari sepuluh orang yang akan diseleksi.
Sementara itu,
Valeria Guntur, sahabat Erika, sedang melewati pintu perpustakaan sambil
membawa setumpuk buku ketika seseorang membuka pintu perpustakaan dari luar
secara tiba-tiba. Otomatis semua buku yang dibawa Valeria terjatuh dan menimpa
dirinya. Valeria mendongak dan menatap sosok manusia yang membuka pintu itu.
Rupanya itu adalah Putri Badai, perempuan paling populer di SMA Harapan
Nusantara. Putri didampingi Dicky Dermawan, pacarnya yang tidak kalah populer.
Banyak siswa yang menganggap kalau Putri dan Dicky adalah pasangan impian di
SMA Harapan Nusantara.
Tidak lama
setelah kepergian dua orang itu, Valeria kembali sibuk menyeleksi buku. Di meja
tempat dia bekerja, dia menemukan selembar amplop hitam dengan lambang timbul
bergambar perisai berukir pedang dan topeng di tengah-tengahnya. Di bagian
atasnya, dia menemukan tulisan “Valeria Guntur” besar-besar. Valeria membuka
amplop tersebut dan menemukan undangan seleksi anggota The Judges yang diadakan di sekolah pukul sembilan malam itu. Di
dalam surat itu dituliskan juga bahwa peserta wajib menggunakan seragam sekolah
dan topeng. Peserta juga dilarang membawa alat komunikasi.
Bu Mirna
bercerita bahwa dulu ada kepala sekolah yang tidak rela diatur anak-anak itu.
Bahkan, kepala sekolah itu mengeluarkan anggota-anggota organisasi dari
sekolah. Keesokan harinya, hal yang terjadi justru sebaliknya. Kepala sekolah
serta guru-guru yang mendukung kepala sekolah itulah yang justru dikeluarkan
dari sekolah. Anggota-anggota organisasi yang hendak di-drop out justru kembali ke sekolah seolah-olah tidak terjadi
apa-apa. Walau begitu, organisasi itu juga membantu dalam perbaikan fasilitas
sekolah, penurunan uang sekolah, dan sebagainya.
Tiba-tiba saja,
Rima Hujan, teman Erika dan Valeria, muncul di hadapan Valeria dan Bu Mirna.
Rupanya, dia juga menerima undangan tersebut. Atas saran Bu Mirna, akhirnya
Valeria dan Rima memutuskan untuk menghadiri undangan The Judges itu meski
mereka juga tidak yakin sepenuhnya. Menurut Bu Mirna, kalau mereka terpilih,
itu artinya mereka adalah murid-murid yang populer dan bisa diandalkan.
Waktu istirahat
tiba. Daniel yang saat itu duduk semeja dengan Erika dan Valeria mulai heboh
lagi dengan undangan yang dia terima. Kali ini, dia berbicara soal orang-orang
yang diundang oleh organisasi itu. Di antaranya ada Hadi si jago sepak bola,
Ricardo si jago basket, dan Helen, bintangnya klub paduan suara. Kata Daniel,
hanya dipilih enam orang dari tiap angkatan untuk masuk organisasi itu. Daniel
juga bilang bahwa yang akan diterima hanya orang-orang yang berani dalam
menghadapi bahaya dan mengambil risiko serta dapat mengambil keputusan dan
tindakan di bawah tekanan.
Setibanya mereka
di kamar mandi yang merangkap base camp
mereka itu, Erika bertanya pada Valeria mengenai undangan itu. Rupanya, Valeria
juga diundang. Kemudian, Valeria memutuskan untuk pergi ke sana bersama Rima
yang juga diundang. Erika sebenarnya agak keberatan karena dia belum terbiasa
dengan sosok Rima yang agak-agak menyeramkan. Belum lagi, Chuck, tukang becak
langganan Erika yang penakutnya minta ampun, pasti lari kalau dapat penumpang
menyeramkan macam Rima. Tiba-tiba, Rima sudah ada di ventilasi kamar mandi
tepat di belakang Erika. Tentu saja kehadirannya yang tanpa aba-aba itu membuat
Erika dan Valeria terkejut. Kemudian, Rima berkata kalau dia akan pergi sendiri
ke acara seleksi itu.
Sorenya, Erika
dan Valeria pergi ke Pasar Kamboja untuk membeli topeng. Sepulangnya dari
pasar, mereka pergi ke rumah kontrakan tempat Valeria tinggal setelah pindah
dari rumah lamanya. Rumah kontrakan itu milik Rima, dan bentuknya lebih mirip
labirin daripada rumah. Di tiap lorong rumah itu terdapat lukisan-lukisan horor
yang beberapa di antaranya berfungsi sebagai pintu. Di lorong-lorong itu juga
Rima menyiapkan puluhan jebakan bagi siapapun yang berniat jahat di dalam
rumahnya. Kata Rima, pilihan jalan yang benar akan membawa orang-orang ke bawah
sedangkan pilihan jalan yang salah akan membawa orang-orang ke atas, jatuh
melalui lubang yang ada di sana, dan keluar dari rumah itu.
Erika sempat
khawatir mengingat Valeria yang biasanya tinggal di rumah dan kamar mewah harus
pindah ke tempat semenyeramkan ini. Nyatanya, kamar tidur Valeria laksana putri
bangsawan. Ada kasur berkanopi, meja rias, sofa, rak buku, AC, kulkas, dan
televisi LCD raksasa. Erika dan Valeria menghabiskan waktu di kamar itu hingga
gelap datang. Erika bersyukur mereka tidak perlu sering-sering bertemu Rima di
rumah itu sampai pukul delapan malam, waktu mereka keluar rumah. Erika memang bukan
penakut, tetapi tetap saja kemunculan Rima yang seringkali tanpa peringatan
apa-apa selalu membuat jantungnya hampir copot.
Malamnya, Erika,
Valeria, dan Rima masuk ke area sekolah melalui toilet perempuan yang menjadi base camp mereka. Dari sana, mereka
berpisah lalu berkumpul di lapangan basket. Rupanya, anak-anak lain yang
diundang adalah Hadi yang jago sepak bola, Ricardo yang jago basket, Helen si
bintang paduan suara, Dedi si kutu buku yang jago matematika, OJ yang menguasai
lima bahasa, Aya yang entah apa kelebihannya, dan Daniel.
Setelah semua
berkumpul, acara dibuka oleh sang Hakim Tertinggi yang tidak diketahui identitas
aslinya. Tantangan malam itu adalah sepuluh peserta yang ada di sana harus
mencari satu dari sembilan lencana The
Judges di dalam ruangan-ruangan yang tidak terkunci. Waktu yang diberikan
hanya satu jam. Jika setelah satu jam peserta yang kembali jumlahnya kurang
dari sembilan tetapi lebih dari enam, sisanya akan langsung dieliminasi. Jika peserta
yang kembali jumlahnya kurang dari enam, sisanya akan dieliminasi juga lalu The Judges akan mencari orang lain yang dirasa
lebih pantas untuk menjadi anggota. Tanda berakhirnya misi adalah bunyi bel
lima kali dan tanda dimulainya misi adalah bunyi bel tiga kali.
Bel dibunyikan
tiga kali dan semua peserta yang ada di sana langsung berpencar. Dalam waktu
kurang dari lima menit, Rima berhasil menemukan satu lencana di ruang guru.
Dengan bangga dia menunjukkan lencana yang dia temukan di ruang guru di hadapan
Valeria dan Daniel yang sedang berada di ruang makan para guru. Daniel yang
tidak mau gugur malam itu meminta bantuan Rima untuk mencari lencana tersebut. Rima
menyanggupinya karena dia memang menyukai Daniel dan ingin membuat lelaki itu
terkesan. Kemudian, Rima membawa Daniel ke ruang komputer dan akhirnya mereka
menemukan satu lencana. Setelah itu, mereka kembali ke lapangan basket.
Tidak lama
setelah itu, Ricardo datang dengan membawa lencana temuannya. Datangnya Ricardo
berarti kesembilan lencana telah terkumpul. Sang Hakim Tertinggi membunyikan
bel lima kali. Setelah ditunggu cukup lama, Hadi yang merupakan orang terakhir tidak
kunjung datang. Akhirnya, sang Hakim Tertinggi memerintahkan Ricardo dan Dedi
untuk menyusul Hadi yang katanya ada di auditorium.
Terdengar
lolongan mengerikan dari arah auditorium tidak lama setelah Ricardo dan Dedi
meninggalkan lapangan. Semua yang ada di lapangan bergegas menuju auditorium.
Erika dan Valeria berlari paling depan, disusul oleh Daniel, OJ, Aya, dan yang
lainnya. Ketika mereka semua tiba di aula, yang mereka lihat adalah simbol The Judges yang digambar dengan darah di
lantai auditorium. Begitu mereka melihat ke panggung, yang ada di sana adalah
tubuh Hadi dengan kaki berlumuran darah akibat tempurung lututnya dipaku sampai
hancur.
Polisi dan
ambulans datang tidak lama kemudian. Polisi itu dipimpin seorang ajun inspektur
bernama Lukas atau biasa disebut Ajun Inspektur Lukas. Seperti biasa, Ajun
Inspektur Lukas selalu menangani kasus-kasus yang terjadi di SMA Harapan
Nusantara dan selalu bertemu dengan Erika. Ajun Inspektur Lukas menginterogasi
keenam anggota The Judges yang tidak
mau identitasnya disebarluaskan. Setelah itu, tidak lupa Ajun Inspektur Lukas
juga menginterogasi Erika yang punya daya ingat fotografis. Erika berkata bahwa
Hadi terakhir dilihat oleh Rima dan Daniel sedang bersama Ricardo. Sebelum itu,
Erika, Valeria, Aya, dan OJ sudah berkumpul di lapangan basket. Artinya, Erika,
Valeria, Aya, OJ, Rima, dan Daniel bebas dari tuduhan tersangka.
Keesokan
paginya, Valeria menemukan secarik undangan warna hitam di laci mejanya.
Undangan acara seleksi The Judges lagi
rupanya. Isinya tidak berbeda jauh dengan undangan sebelumnya, hanya saja kali
ini ditambahkan frase “Anda lolos ke babak kedua seleksi anggota The Judges”. Valeria merasa ada sesuatu
yang tidak wajar dalam surat itu mengingat acara ini terus dilanjutkan meski
adanya tragedi menyeramkan semalam. Valeria mulai berpikir bahwa
anggota-anggota The Judges adalah
pelakunya sehingga mereka tidak peduli dengan apapun yang menimpa para calon
anggota.
Kemudian, Pak
Rufus, sang guru piket yang hobi menghukum Erika, guru PKn, juga wakil kepala
sekolah memanggil Valeria. Pak Rufus mengabari Valeria soal Hadi, yang kakinya
hancur akibat kecelakaan lalu lintas semalam. Valeria tidak habis pikir kenapa
tragedi yang menimpa Hadi semalam bisa disamarkan dengan sedemikian rupanya
sampai guru-guru berkata bahwa itu hanya kecelakaan lalu lintas semata. Sebagai
penutup, Pak Rufus meminta Valeria menyelidiki kasus ini karena beranggapan
kalau Valeria masih suka bermain detektif-detektifan.
Waktu pulang
sekolah tiba. Tidak seperti biasanya, hari ini Valeria dijemput oleh Leslie
Gunawan atau lebih sering dipanggil Les, seorang ketua geng motor, montir,
sahabat Viktor Yamada, sekaligus orang yang menyukai dan disukai Valeria. Valeria
bercerita pada Les mengenai semua hal yang terjadi semalam dan Erika yang sudah
lama tidak bercuap-cuap soal Vik. Akhirnya, Les memutuskan untuk mengekori Val
malam itu. Tidak lupa, dia mengajak Vik yang pasti tidak mau melihat Erika
terluka, walau mereka sedang bertengkar sekalipun.
Malamnya, semua peserta,
kecuali Hadi, kembali datang. Tantangan malam itu adalah mendatangi enam pos
yang dijaga oleh anggota The Judges
sekaligus menjawab pertanyaan seputar sekolah mereka. Setiap jawaban benar akan
mendapat satu poin, jadi peserta dengan poin terendah otomatis gugur. Jika ada
lebih dari tiga orang yang gugur, maka acara seleksi malam itu akan diulang dan
hanya diikuti oleh orang-orang yang gugur. Kemudian, para anggota The Judges berlarian ke arah yang
berbeda. Para peserta boleh menyusul saat bel dibunyikan tiga kali.
Bel berbunyi
tiga kali. Para peserta segera berlari meninggalkan lapangan. Hanya Rima dan
Daniel yang masih bertahan di sana. Kemudian, mereka pergi ke auditorium
sekolah, tempat Hadi ditemukan dalam keadaan tidak berkaki kemarin. Mereka
pergi ke ruang belakang auditorium dan menemukan satu orang anggota The Judges di sana.
Rupanya, malam
itu Les dan Vik benar-benar membuntuti Erika dan Valeria. Tidak lama setelah
kemunculan dua makhluk itu, mereka mendengar bunyi lolongan panjang nan
mengerikan datang dari arah auditorium. Dengan sigap, Erika, Valeria, Vik, dan
Les segera berlari ke arah auditorium. Mereka memasuki ruang belakang
auditorium dan menemukan semua anggota The
Judges ada di sana. Selain para anggota The
Judges, Erika dan Valeria dapat melihat Ricardo terbujur di lantai dengan
tubuh berlumuran darah yang mengalir dari beberapa tempat di tubuhnya. Lebih
menyedihkannya lagi, Ricardo harus kehilangan tangannya, yang pasti sangat
berarti baginya karena dia adalah salah satu atlet basket terbaik di sekolah.
Sudah sangat jelas, pelaku penganiayaan ini adalah salah satu dari anggota The Judges. Mereka adalah orang-orang
yang berada di ruangan itu pertama kali. Jadi, salah satu atau mungkin beberapa
di antara mereka pastilah pelakunya. Erika dan Valeria tahu kalau bagian belakang
auditorium ini tidak memiliki pintu belakang. Kalau mereka tidak melihat ada
pelaku yang keluar dari ruangan ini sejak tadi, artinya si pelaku masih ada di
dalam.
Erika yang kesal
beradu dengan si Hakim Tertinggi. Valeria sadar, melepas topengnya, lalu
membongkar identitas dua anggota The
Judges yakni Putri Badai dan pacarnya, Dicky Dermawan. Kemudian, Daniel
membongkar identitas empat anggota lainnya, yakni Lindi si ketua klub memasak,
Suzy si bendahara I OSIS, Jason si ketua klub Aikido, dan King si ketua klub
basket. Keenam anak itu adalah anak-anak yang cukup berpengaruh di sekolah
dengan backing keluarga kaya.
Setelah
“pembongkaran” identitas anggota dan peserta, OJ selaku anggota PMR buru-buru
menangani Ricardo yang darahnya sudah mengalir ke mana-mana. Untungnya, luka
yang dialami Ricardo tidak begitu parah. Sayangnya, tangannya tidak bisa
diselamatkan. Menurut OJ, hanya pistol paku yang dapat membuat luka seperti
itu.
Tidak lama, Ajun
Inspektur Lukas datang bersama polisi-polisi bawahannya dan para petugas
paramedis. Mereka segera mengambil alih situasi. Para petugas paramedia sibuk
mengangkut dan mengobati Ricardo, Ajun Inspektur Lukas meminta keterangan dari
Erika, sedangkan polisi-polisi lain menggeledah para anggota The Judges.
Malamnya, Rima
bermimpi kalau dia sedang menjalani ujian seleksi The Judges di sekolah. Anehnya, dia sendiri dan tidak tahu apa yang
harus dia lakukan. Tiba-tiba, seutas tali menjerat lehernya sampai dia nyaris
tidak bisa bernapas. Kemudian, muncul anggota The Judges yang hendak menembak matanya dengan pistol paku karena
tahu kalau Rima dapat melihat masa depan. Rima yang sudah putus asa mendadak
bangun dan sadar bahwa pelakunya adalah anggota The Judges.
Pagi berikutnya,
Erika harus “bersemedi” di ruang detensi akibat memarahi Pak Rufus yang lebih
dulu mengusilinya. Di laci meja favoritnya, Erika menemukan undangan hitam
lagi. Tidak lama setelah itu, Valeria datang bersama Rima. Mereka membawakan
mie buatan Ibu Kantin yang terkenal murah untuk Erika yang pasti lapar berat.
Sambil makan, Erika mendengarkan rencana Rima untuk menjebak si pelaku. Rencana
Rima untuk malam itu adalah seluruh peserta yang tersisa harus mendatangi
anggota The Judges secara
beramai-ramai, menculik mereka, lalu menginterogasi mereka. Setelah penyusunan
rencana, mereka segera menyebarkan informasi itu pada peserta yang lain. Satu
masalah: Dedi dan Helen tidak masuk hari itu. Awalnya, mereka berpikir kalau
Dedi dan Helen juga tidak akan hadir di acara seleksi malam itu. Rupanya mereka
salah.
Malam itu, mereka
datang lagi untuk menjalankan rencana “gila” mereka. Hal yang membuat mereka
terkejut adalah Dedi datang! Tentu saja mereka mendadak panik karena Dedi tidak
tahu rencana mereka. Bisa-bisa Dedi malah menghancurkan rencana mereka malam
itu.
Anggota The Judges pertama yang mereka temui
berada di lapangan parkir yang gelap gulita. Erika segera mengetahuinya sebagai
King. Di pos itu, King menantang mereka untuk berlari sejauh 60 meter dalam
waktu kurang dari 15 detik. Setelah mereka semua selesai diuji, Daniel memukul
tengkuk King. King yang pingsan kemudian diikat oleh OJ selaku anggota pramuka.
Setelah itu, mereka membawa tubuh King dan meninggalkannya di kamar mandi lelaki
yang malam itu menjadi tempat berkumpul utama para peserta.
Selanjutnya,
mereka pergi ke laboratorium biologi dan menemukan Suzy di sana. Sebelum Suzy
sempat memberi mereka tantangan, Erika memukul tengkuk Suzy dan seketika perempuan
itu pingsan. Sama seperti King, Suzy diikat, lalu dibawa ke kamar mandi lelaki
dan ditinggalkan di sana.
Orang berikutnya
yang mereka datangi adalah Jason yang bersembunyi di dojo (tempat latihan) klub Karate, Aikido, dan Judo. Berbeda dengan
dua rekannya, Jason sama sekali tidak keberatan didatangi beramai-ramai. Malam
itu, Jason menantang para peserta untuk melawannya dalam pertandingan satu
lawan satu. Orang pertama yang maju adalah OJ dan dengan mudahnya dia dapat
menang. Jason yang KO segera diikat dan ditinggalkan di kamar mandi bersama
pacar dan sahabatnya.
Setelah itu,
mereka mendatangi perpustakaan. Di sana, mereka bertemu Putri Badai. Sebelum
Putri sempat menjelaskan tantangan untuk mereka malam itu, tiba-tiba terdengar
suara lolongan yang mengerikan dari luar. Setelah itu, pintu perpustakaan
menjeblak terbuka dan masuklah Dedi dengan wajah berlumuran darah. Tiga paku
menancap di alisnya. Dedi tersungkur lalu tubuh bagian kirinya kejang-kejang tidak
keruan.
Tidak lama,
polisi datang bersama Vik dan Les. Rupanya, makhluk-makhluk itu sudah “berjaga”
di sekolah karena sudah menduga akan ada kejadian ketiga. Setelah itu, Erika
menjelaskan bahwa para peserta bersekongkol untuk menculik anggota-anggota The Judges. Sejauh ini, baru King, Suzy,
dan Jason yang dapat mereka culik. Setelah itu, mereka berdiam diri di
perpustakaan bersama Putri. Artinya hanya satu, Dicky atau Lindi atau keduanya
adalah si pelaku.
Kemudian,
muncullah King, Suzy, Jason, dan Lindi di pintu perpustakaan. King mengaku
bahwa Lindi ada bersama mereka terus sejak Ajun Inspetktur Lukas meninggalkan
mereka. Itu berarti, hanya Dicky yang tertuduh. Dicky akhirnya dibawa ke kantor
polisi untuk interogasi.
Keesokan
harinya, Rima pergi ke ruang klub kesenian. Dia hendak menyapu dan membereskan
ruangan klub yang ia ketuai. Ketika Rima telah selesai, ia mengisi buku daftar
kegiatan klub. Di dalamnya, seperti tiga hari sebelumnya, ia menemukan selembar
undangan hitam yang mengatakan bahwa seleksi The Judges berikutnya akan diadakan pagi ini setelah bel berbunyi
di perpustakaan.
Semua peserta
seleksi yang tersisa, yakni Erika, Valeria, Rima, Daniel, OJ, dan Aya, sudah
hadir di perpustakaan ditemani Pak Rufus dan Bu Mirna. Kemudian, Putri datang
bersama Dicky. Putri keheranan melihat enam peserta itu ada di sana. Erika
mengacungkan undangannya dan Putri berkata bahwa undangan itu bukan darinya.
Tiba-tiba, Helen
didorong masuk oleh Lindi yang segera mengunci pintu perpustakaan. Setelah itu,
Lindi dan Dicky mengeluarkan pistol paku dari ransel mereka dan mengarahkannya
pada semua orang yang ada di sana. Merekalah pelaku penganiayaan terhadap Hadi,
Ricardo, juga Dedi.
Rupanya, selama
ini Dicky dan Lindi berpacaran. Mereka berselingkuh dari Putri dan King. Dicky
melakukan hal itu karena menganggap Putri membosankan. Baginya, dia lebih
bahagia bersama Lindi daripada bersama Putri. Dia tidak mau putus dari Putri karena
dengan begitu, kedudukannya di The Judges,
kepopulerannya di sekolah, dan semua yang sudah dia dapatkan akan hancur karena
orang-orang menganggapnya telah mencampakkan Putri Badai yang agung. Dicky dan
Lindi akan membunuh semua roang di ruangan itu dan mengarang cerita bahwa Putri
adalah psikopat. Jadi, Dicky dan Lindi membuat rencana ini untuk menimpakan
semua kesalahan pada Putri.
Kemudian, Dicky
mengacungkan pistolnya pada Helen. Helen yang histeris kemudian menarik Valeria
dan mengatakan bahwa dirinya lebih berarti daripada Valeria. Sejurus kemudian,
Dicky menembakkan paku pada Valeria yang sudah pasrah pada nasib. Saat paku-paku
itu hendak menembus tubuh Valeria, Daniel mengulurkan tangannya. Alhasil,
paku-paku itu menancap di tangan Daniel. Melihat insiden itu, OJ dan Valeria segera
menyerang Dicky sedangkan Erika dan Pak Rufus menyerang Lindi.
Valeria berhasil
membuat pistol paku Dicky terlepas dari tangannya. Mereka berdua berlomba untuk
mengambil pistol itu. Valeria menyodokkan sikunya ke mata Dicky. Valeria
berhasil meraih pistol paku Dicky, tetapi seseorang menginjak kakinya dengan
keras. Rupanya orang itu adalah Helen. Helen merebut pistol paku itu lalu menodongkannya
pada Valeria. Rupanya, Erika dan Pak Rufus sudah luka-luka akibat tembakan paku
dari Lindi. OJ juga sudah tidak berdaya lantaran pundaknya tertusuk paku.
Setelah itu, mereka semua digiring ke bagian belakang perpustakaan.
Dicky yang sudah
kelewat kesal kembali mengacungkan pistolnya ke arah Valeria. Sejurus kemudian,
Putri yang tidak ikut digiring melempari Dicky, Lindi, dan Helen dengan buku.
Setelah itu, Aya membantu Putri dengan cara menjatuhkan rak buku untuk
mengalahkan ketiga penawan itu. Sayangnya, mereka dapat lolos. Kemudian, Valeria
dengan cepat meminta Bu Mirna dan Rima membantunya mendorong sebuah rak buku
yang dapat menjadi “benteng” bagi mereka. Untuk sementara, mereka selamat dari
serangan paku.
Di dalam “benteng”
mereka, Rima berencana untuk keluar dan menakut-nakuti para penawan. Saat
mereka lengah, Rima memerintahkan Valeria untuk melawan mereka. Setelah semua
setuju, Rima menggambar sesuatu pada selembar kertas. Setelah dia selesai, dia
segera keluar tanpa menjelaskan apa yang dia gambar.
Rima menunjukkan
gambar itu pada ketiga penawannya. Tiga orang itu terkejut. Dicky yang marah
segera menembakkan paku pada Rima. Erika yang kebetulan ada di belakang Rima
mendorong sebuah meja sampai meja itu menabrak Rima. Kejadian itu dimanfaatkan
Valeria untuk menerjang Dicky. Tidak lama setelah itu, Putri muncul dan
menyerang Lindi. Setelah itu, Helen muncul dengan membawa gunting besar.
Kejadian yang tidak diduga-duga adalah Helen menggunting rambut Lindi sampai
bentuknya jadi tidak keruan. Lindi yang marah otomatis menyerang Helen dengan
pistol paku. Dengan sigap, Putri merebut pistol itu. Sayangnya, hal itu tidak
mudah. Hal yang serupa terjadi pada pertandingan Valeria melawan Dicky.
Paku-paku beterbangan ke mana-mana. Suasana jadi kacau-balau.
Tiba-tiba
belasan orang turun dari langit-langit perpustakaan dengan tali melalui tingkap
yang terbuka. Di antara orang-orang itu, ada Vik, Les, dan Ajun Inspektur
Lukas. Les segera melindungi Valeria lalu menyerang Dicky sedangkan Vik sibuk
memisahkan Helen dan Lindi. Ajun Inspektur Lukas menghentikan aksi Les lalu
menggiring Dicky yang pingsan ke luar perpustakaan.
Setelah selesai
dengan semua urusan ini, Valeria menghampiri Putri yang menatap kepergian mobil
polisi dengan tatapan hampa. Rupanya, Putri memutuskan untuk tidak
terlarut-larut dalam masalah ini. Dia memutuskan untuk menata kembali The Judges dengan memecat beberapa
anggota senior. Selain itu, dia juga memutuskan untuk merombak kembali
kepengurusan OSIS yang ada di dalam genggamannya. Dia menginginkan Erika supaya
menjadi ketua OSIS, tetapi Erika menolak. Ketika dia menawarkannya pada
Valeria, Valeria juga menolak.
Rima sedang
berjalan menjauhi kerumunan ketika Daniel lagi-lagi memanggilnya. Daniel
bertanya pada Rima soal keanehan Rima akhir-akhir ini. Daniel merasa dijauhi perempuan
itu. Rima akhirnya mengatakan yang sesungguhnya, mengatakan kalau dia menyukai
Daniel walau tahu Daniel hanya menyukai Valeria. Rima juga berkata bahwa
dirinya sungguh bodoh karena sudah berharap lebih dan sebagainya. Daniel yang
terkejut spontan memeluk Rima dan menyumpahi dirinya sendiri. Rima yang tidak
mau terjebak lagi melepaskan pelukan itu dan berkata bahwa mereka tidak punya
hubungan apa-apa dan tidak sepantasnya Daniel sedih karenanya. Daniel hanya
bisa melongo karena setelah kata-kata pedas itu, Rima pergi meninggalkannya.
Cerita dalam
buku ini diakhiri dengan percakapan antara Rima dan Aya yang dulu rupanya bersahabat
baik seperti Erika dan Valeria. Rupanya, Rima dan Aya ada di balik keagungan
Putri Badai di SMA Harapan Nusantara. Sebenarnya apa yang mereka lakukan?
Kelebihan
Buku
· Tiga sudut pandang yang digunakan dalam
novel ini, yakni sudut pandang Erika, Valeria, dan Rima. Sudut pandang yang
berbeda-beda ini membuat pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh
tiap-tiap orang dalam cerita sehingga cerita jadi tidak membosankan dan
menyenangkan untuk diikuti
· Adanya sisipan kisah cinta ala anak SMA
yang tidak begitu mendominasi, tetapi cukup untuk menarik pembaca agar tidak
menutup buku sampai halamannya habis
· Jenis kertas yang digunakan cukup tebal sehingga
tahan lama dan tidak mudah robek juga rusak
· Cover-nya
yang menarik; Valeria yang berambut panjang sepunggung dengan kardigan merah
jambu serta seragam SMA-nya, Rima yang berambut panjang selutut dengan seragam
SMA-nya, serta Erika yang berambut pendek dengan seragam SMA kesayangannya yang
sudah dicorat-coret. Ketiganya memegang undangan seleksi The Judges dalam keadaan terciprat darah. Di atasnya, tulisan
“Misteri Organisasi Rahasia The Judges” seolah-olah dituliskan dengan darah.
Benar-benar menimbulkan suasana menyeramkan dan menegangkan, walau hanya dengan
melihat cover-nya
· Tokoh-tokohnya memiliki karakter yang
kuat, unik, dan tidak banyak digunakan umum. Erika; perempuan preman yang punya
daya ingat fotografis. Berani, tetapi bisa juga menangis hanya karena satu lelaki,
Vik. Valeria; perempuan yang terkesan cupu dan alim, tetapi kepintarannya hanya
sedikit di bawah Erika. Kalem, anggun, tetapi diam-diam jago olahraga dan
menguasai berbagai macam bela diri. Rima; perempuan pendiam, misterius, agak
menyeramkan, dan jago melukis. Di balik wajah datarnya, tersembunyi sifat perempuannya
yaitu bisa cemburu kalau lelaki yang ditaksir mencurahkan seluruh perhatiannya
pada perempuan lain
Kekurangan
Buku
· Terlalu banyak kata-kata sumpah serapah baik
yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Inggris, seperti “sial”, “shit”, “holy crap”, dan sebagainya yang bertebaran hampir di setiap bab
· Terlalu banyak pemikiran pribadi si
tokoh utama yang melenceng dari topik sehingga paragraf yang ada jadi tidak
penting. Misalnya, pada halaman 279: “Kakinya tersangkut pada meja, tetapi perempuan
itu berhasil kuselamatkan dari bahaya gegar otak dengan menangkap tubuhnya.
Gaya kami kurang-lebih kayak pangeran tampan yang berusaha menangkap putri
cantik yang terjatuh. Hanya saja, si pangeran tampan ternyata perempuan preman
dan si putri cantik ternyata Sadako.”
· Jenis cover-nya, yaitu soft cover.
Cover seperti ini mudah terlipat dan
rusak sehingga buku jadi tidak tahan lama
· Jenis huruf yang digunakan dalam novel
bentuknya kurang menyenangkan mata. Ukurannya juga terlalu besar sehingga agak
kurang nyaman ketika dibaca
Gaya
Bahasa
Bahasa yang
digunakan penulis untuk menulis deskripsi cenderung baku tetapi mudah dipahami.
Penulis juga menggunakan tiga sudut pandang untuk bercerita sehingga membuat
cerita terasa lebih hidup karena pembaca ikut merasakan perasaan senang, kesal,
sedih, cemburu, khawatir, takut, lega, dan sebagainya yang dialami tokoh
tersebut.
Bahasa yang digunakan
penulis dalam dialog antar tokoh tidak seluruhnya baku, tetapi nyaman untuk
dibaca. Bahasa yang digunakan juga tidak kasar sehingga tidak menimbulkan kesan
negatif pada diri pembaca. Memang ada beberapa kata umpatan yang artinya kasar,
tetapi tidak mendominasi sehingga bukan masalah besar.
Kalimat-kalimat
yang dituliskan penulis sebagian besar tidak mengungkap peristiwa yang ada pada
halaman-halaman berikutnya. Akibatnya, alur cerita ini tidak mudah ditebak
sehingga membuat pembaca penasaran dan ingin membacanya sampai tuntas.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi juga sulit ditebak oleh pembaca sehingga
menimbulkan kesan tidak umum.
Sasaran
Buku ini cocok
untuk dibaca oleh remaja usia 16 tahun ke atas karena di dalam buku ini banyak adegan-adegan
yang agak vulgar seperti lutut yang dilukai dengan paku, tubuh seseorang tanpa
pergelangan tangan, dan semacamnya. Selain itu, pembaca akan lebih cepat
menyerap dan memahami jalan cerita apabila hal yang diceritakan tidak bertolak
belakang dengan kehidupan sehari-harinya. Pembaca yang masih SMA akan lebih
cepat memahami cerita dengan alur ala anak SMA.
Manfaat
Buku ini
mengajarkan kita untuk jadi manusia yang berani meski berada dalam kondisi
tertekan dan bahaya. Seperti kata Daniel, The
Judges membutuhkan anggota yang berani dalam menghadapi bahaya dan
mengambil risiko serta dapat mengambil keputusan dan tindakan di bawah tekanan.
Dunia ini perlu orang-orang seperti itu.
Buku ini juga
mengajarkan kita untuk tidak menjadi Helen yang pengkhianat, tetapi Erika yang berusaha
melindungi teman-temannya, Valeria yang selalu tenang menghadapi situasi
apapun, serta Rima yang selalu rendah hati akan kemampuannya.
Identitas
Penulis Resensi
Rana
Amani Desenaldo atau biasa dipanggil Rana ini lahir di Bandung pada tanggal 16
September 1997. Hobinya adalah menulis, membaca, ber-internet ria, mendengarkan musik, dan bermain gitar. Saat ini
“menjabat” sebagai salah satu anggota kelas XI Gallant di SMA Mutiara Bunda,
Bandung. Penulis resensi bisa dihubungi melalui e-mail: rana_amanid@yahoo.com.
No comments:
Post a Comment