Sunday 27 October 2013

Review for "Misteri Organisasi Rahasia The Judges"

Misteri Organisasi Rahasia The Judges

My rating: 5 of 5 stars

Aku gak bisa bilang nggak buat novel yang satu ini.

Pembawaan Lexie dengan sudut pandang yang selalu lebih dari satu selalu membuat cerita-ceritanya menarik. Apalagi dalam serial Omen ini, tiga tokoh utama--Erika, Valeria, dan Rima--punya karakter yang bedanya jauh. Erika Guruh yang sok berkuasa, berani mengambil risiko, dan cenderung seenaknya sendiri, Valeria Guntur yang lemah lembut, baik hati, dan punya kekuatan tersembunyi, serta Rima Hujan yang pendiam, misterius, dan punya banyak rahasia. Menurutku, mereka gak ada mirip-miripnya sama sekali, tapi kenapa mereka bisa jadi teman baik, itu yang masih aku bingung. Yah, tapi mereka emang saling melengkapi, jadi gak heran kalau mereka bisa dekat.
Rima naksir Daniel? Daniel yang katanya ganteng, tajir, dan idaman cewek-cewek SMA Harapan Nusantara serta anak buahnya Erika? Oke, yang ini aku bener-bener gak nyangka. Kukira, Rima bakal lebih suka sama orang-orang yang setipe dengannya--dalam artian pendiam, misterius, dan dingin. Nyatanya, Rima justru suka Daniel, yang bertolak belakang dengannya. Lucunya, Daniel malah memperalat dia. Katanya udah sering liat cewek ngambek, udah tau cewek kayak gimana, tapi kenapa gak ngerti kalau ada cewek yang naksir dia?

Jujur, aku terkesan banget sama Putri Badai. Pokoknya, siapapun yang bilang dia sempurna, aku setuju. Sayang aja dia punya pacar yang menurutku gak sesuai dengannya. Dia bisa dapat yang lebih baik kok, walau dia emang rada-rada dingin. Soalnya, siapa yang gak mau sama dia? Dia orang berpengaruh di sekolah, pasti hampir semua orang, kalau gak suka yaaa... seenggaknya nge-fans. Dia bisa jadi teladan yang ideal buat orang-orang.

Sayang di cerita ini Amir dan Welly gak terlalu dibahas. Padahal aku seneng ngeliat mereka sama Daniel dan Erika kalo lagi duduk bareng-bareng dan ngomong seenaknya. Tapi gak apa-apa, mereka emang gak begitu diharuskan ada dalam cerita. Selain karena mereka bukan termasuk orang-orang yang dipilih untuk jadi anggota The Judges, mereka juga lagi berantem sama Daniel. Kalaupun mereka ada, mereka cuma bakal tambah bikin runyam dalam cerita.

Les... kenapa sih, kadar manis dan gantengnya cowok itu gak ngurang dari sejak aku baca Tujuh Lukisan Horor? Ganteng, baik, manis, tau gimana cara memperlakukan cewek, mandiri... wah, kayaknya sempurna bangeeeeet. Aku gak masalah dengan pekerjaannya sebagai montir, tapi aku agak keberatan dengan statusnya sebagai... ketua geng motor. Aduh, ganteng-ganteng ketua geng. Tapi gak apa-apa, deh. Les tetep ganteng kok, mau digimanain juga~

Aku paling kesel waktu Rima bilang Erika dan Vik berantem cuma gara-gara Vik mau ngasih uang ke Erika. Itu... kenapa harus berantem, sih!? Erika emang lebay banget, dia kan, bisa nolak tanpa harus pake acara berantem-beranteman sama Vik. Toh, itu cuma uang. Mungkin Erika emang ngerasa harga dirinya turun gara-gara itu, tapi gak perlu segitunya juga. Aku juga gak suka kalau dikasih uang sama cowok, tapi kan, bisa ditolak baik-baik. Oke, Erika emang cewek paling cuek dan nyeremin yang pernah aku tau, mungkin cara penyampaian dia emang berbeda, tapi... aduh, itu cuma duit...

Aku selalu bergidik ngeri kalau baca bagian-bagian yang rada-rada mengerikan. Penjelasan kondisi kaki Hadi, penjelasan kondisi tangan Ricardo... aduh, itu ngeri banget. Kenapa sih, Dicky sama Lindi tega melukai orang-orang demi ambisi sendiri? Kenapa orang-orang di dalam buku itu kayaknya takut banget kehilangan "pengaruh" mereka buat sekolah mereka? Aku yakin, walau rasanya pasti sakit, Putri dan King bakal ngerti dan akan rela ngelepasin Dicky dan Lindi. Daripada berhubungan diam-diam di belakang dan justru berakhir dengan melukai orang-orang, lebih baik terang-terangan. Dan apa salahnya sih, dengan kehilangan popularitas? Buat yang satu ini, aku setuju dengan teori Valeria tentang "jadi cewek kasat mata itu enak". Mau populer atau ngga, sebenernya sama aja. Semua itu tergantung kita yang menjalaninya, bukan statusnya.

SMA Harapan Nusantara pasti tempatnya nyeremin banget, ya? Yang aku heran, kenapa anggota-anggota The Judges itu berani nyusurin lorong-lorong sekolah yang gelap--apalagi itu malam hari!--dan masuk terus nunggu di ruangan yang gak lebih baik gelapnya. Yang lebih parah, ada yang berani nunggu di belakang panggung yang notabene adalah tempat nyeremin sekaligus TKP di Tujuh Lukisan Horor. Mana anggota itu sendiri, gak ditemani. Eh, gak tau juga kalo yang jaga pos itu Dicky atau Lindi. Siapa tau aja, mereka emang nunggu Ricardo di sana untuk dianiaya. (Hii... mikirinnya aja aku udah ngeri)

Salut buat Lexie yang tulisannya selalu bikin aku merasa ada di sana, jadi kamera mereka, dan terkadang jadi mereka--Erika, Valeria, atau Rima. Lima bintang buat novel ini, karena aku emang cinta banget. Apalagi bagian akhir waktu Rima nyatain ke Daniel, bagian tengah waktu Les dan Valeria duduk di pinggir jalan tol, dan... bagian mana yang sweet buat Vik dan Erika, ya? Ah, waktu Vik gendong Erika! Aku selalu ngakak waktu baca debatnya Pak Rufus dan Erika, juga ketakutannya Chuck terhadap Rima yang naik sepeda (hantu naik sepeda, katanya), dan kata-kata Pak Rufus yang selalu seenaknya sendiri. Beneran deh, aku cinta banget novel ini.

No comments:

Post a Comment